Jumat, 14 Maret 2014

Wisata - Kab. Indramayu

Menguak sisi lain P. biawak - Indramayu


Ketika kita mendengar kata Pulau Biawak pasti sudah terlintas dalam benak kita tentang sesosok hewan seperti Komodo yang banyak berkeliaran di pulau tersebut.
Pulau Biawak merupakan salah satu pulau yang mempunyai ciri khas hewan “Biawak” (varanus salvator).

Pulau ini juga lebih dikenal dengan sebutan “pulau rakit”, “pulau menyawak” atau “pulau bompyis” seiring dengan kemajuan jaman pulau ini kini dikenal dengan pulau biawak.
Hewan ini “Biawak” banyak dijumpai di pulau tersebut, mungkin agak mirip – mirip Pulau Komodo kali yah :)
Pulau Biawak ini secara administratif termasuk kedalam wilayah Desa Pabean Ilir Kabupaten Indramayu, terletak di lepas pantai laut jawa ± 40 km di sebelah utara pantai Indramayu pada posisi 06°56’022’’ LS dan 108°22’015’’ BT. Dengan luas pulau ± 120 ha, terdiri dari ± 80 ha Hutan bakau dan ± 40 ha  hutan pantai / darat.
Pulau biawak ini dikategorikan dalam “virgin forest” dikarenakan pulau tersebut memang masih benar – benar asri dan terjaga walaupun akhir – akhir ini sudah mulai adanya ancaman dari ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.
Terakhir saya kesana penjaga pulau tersebut adalah Bapak Sumanto dan Bapak La Anang mereka hanya berdua untuk menjaga pulau seluas ini.
Namun dibalik dari keindahan dan keelokan pulau tersebut saya akan sedikit cerita tentang sisi lain dari pulau tersebut ;
Pada masa pemerintahan belanda pulau ini telah dibuat Mercusuar yang gunanya sebagai petanda bagi hilir mudiknya perahu belanda. Mercusuar ini sekarang telah berumur 138 tahun dibangun pada masa pemerintahan Z.M. WILLEM III pada tahun 1872, sampai sekarang mercusuar ini masih kokoh berdiri walaupun telah berapa kali mengalami perbaikan pada anak tangganya yang telah keropos dimakan oleh jaman dan masih berfungsi sebagai petanda bagi para nelayan atau pun kapal lainnya.
Pemandangan dari atas Mercusuar
Mercusuar Z.M. Willem III 1872
Mercusuar ini terdiri dari ribuan anak tangga dengan tinggi kurang lebih sekitar 65 meter, dengan lampu suar bertenaga surya. Mercusuar ini berbahan baja yang sangat kuat dan kokoh. Jangan salah Mercusuar ini sebenarnya dibuat oleh nenek moyang kita, nenek moyang kita yang mengerjakan Mercusuar ini. Menurut penjaga pulau biawak kaca pada mercusuar ini sering pecah akibat tersambar petir.
Ada cerita mengenai populasi hewan biawak di pulau ini, menurut penjaga pulau biawak “Bpk Sumanto” hewan biawak disini bukan biawak biasa diantaranya adalah ada salah satu kelompok biawak yang dulunya biawak tersebut asuhan dari nyonya belanda penghuni pulau ini dan sekarang masih ada tetapi jarang dijumpai atau mistis, ada perbedaan dengan biawak yang lazimnya biawak asuhan nyonya belanda ini menurut beliau mempunyai ciri corak kalung berbeda dilehernya. Populasi biawak di pulau ini kurang lebih sekitar 300 ekor.
Biawak air “varanus salvator”
Setiap pagi hewan biawak ini hilir mudik mencari makan tak sedikit biawak yang muncul dan biawak – biawak ini seolah – olah sudah berteman baik dengan manusia tetapi jangan salah kalau kita mengganggu mereka pasti marah juga.
Jenis biawak di pulau ini merupakan biawak air (varanus salvator). Tiap pagi penjaga pulau biawak ini memberi makan ikan, kata beliau biawak – biawak ini sudah beliau anggap anak sendiri.
Di pulau ini juga terdapat beberapa makam belanda dan syeh diantaranya adalah makam Syeh Syarif Hasan. Syeh Sarif Hasan ini menurut pak sumanto merupakan orang Cirebon yang menyebarkan agama islam di wilayah jawa barat beliau sering bertapa di pulau ini.
Ada juga beberapa makam belanda yang sampai saat ini belum dikenal, mungkin dulunya yang menjaga pulau tersebut. Maka sudah tak jadi cerita ketika teman – teman yang pernah kesini ada yang merasakan mistisnya. Pulau ini juga sering dijadikan sebagai tempat pesugihan bagi para manusia yang sesat, yang ingin sukses dengan jalur iblis. Menurut masyarakat indramayu di pulau biawak ini sering dijadikan tempat ritual biasanya disebut “ngiwe” atau jalur kiri. Ada pula jalur kanan. Kata warga sekitar jika mengambil jalur “ngiwe” maka syaratnya lebih berat tetapi hasilnya cepat dan cepat pula habisnya walaupun hasilnya telah habis tetapi “wadal” atau Tumbal nya masih tetap berjalan sedangkan jalur kanan syaratnya ringan hasilnya sama namun dapatnya lama, entah apa arti semua itu. Juru kunci untuk hal demikian ada di Indramayu kota sudah banyak orang indramayu maupun orang luar Indramayu yang telah melakukan hal tersebut. Penjaga pulau biawak hanya bisa menasihati sebelum mereka melakukan niatnya tersebut tetapi menurut penjaga pulau tersebut kebanyakan mereka bertekad bulat dan jarang yang mempan untuk mengurungkan niatnya.
Hal berikutnya yaitu mengenai sesosok hewan kepiting, menurut penjaga pulau ini ada hewan kepiting yang ukurannya sekitar 30 cm dan berjalan sangat lamban. kepiting ini dilarang untuk ditangkap ataupun diganggu apalagi dikonsumsi karena kepiting ini bukan kepiting biasa “mistis” tak jarang pengunjung dapat bisa bertemu dengan kepiting ini, mitosnya jika kita bertemu dengan kepiting ini maka kita akan mendapat rejeki kelak.
Ada suatu cerita dari Bpk. Sumanto beliau pernah melihat sesosok ular raksasa yang menurut beliau adalah ular tersebut jelmaan dari Pusaka Dewi Nawang Wulan, pusaka tersebut minta diberikan tempat. maka pak. Manto pun memberikan suatu tempat yaitu pembersihan suatu lokasi sebagai tempat pusaka tersebut sampai sekarang tempat tersebut masih terjaga dan sosok ular tersebut sudah tidak pernah muncul lagi.
Ada hal unik lainnya di pulau ini yaitu tentang keberadaan sumur yang airnya berwarna merah darah, konon menurut pak. Manto sumur ini dulunya tidak seperti ini, dulu kata beliau sumur ini pernah dijadikan tempat ritual seseorang namun ritual tersebut gagal entah karena hal apa dengan kejadian tersebut tak lama kemudian sumur ini airnya berubah menjadi merah. Setelah beberapa tahun sumur ini menampakan warna air yang merah ternyata pak. Manto suatu ketika belum lama ini memperoleh mimpi untuk menetralkan sumur tersebut, menurut beliau saya telah membersihkan sumur tersebut dari semak belukar dan pohon – pohon besar, tak lama kemudian setelah beberapa bulan berjalan sumur ini telah kembali berwarna jernih, kata beliau sumur ini telah bisa untuk dijadikan tempat ritual kembali.
Sumur Keramat
Ada satu cerita lagi ketika KKLD Pulau Biawak ini akan dibangun, pada saat itu para pekerja bangunan dating dengan membawa peralatan serta bahan bangunan. Namun sebelum itu pak. Manto telah mendengar gerombolan jin penunggu pulau biawak ini tertawa dan bertepuk tangan seraya berkata “akan banyak daging kita” di pinggir pantai namun para pekerja tidak mengetahui hal tersebut, lalu pak manto menyuruh para pekerja itu balik lagi ke pelabuhan agar membawa hewan kambing untuk ritual, tidak sembarangan untuk membuat bangunan di pulau ini karena pulau ini masih kuat sisi gaibnya. Lalu para pekerja pulang kembali padahal mereka belum mengerjakan apapun di pulau itu, setelah itu para pekerja bangunan serta mandor dating dengan membawa seekor kambing untuk ritual dan kepala kambing tersebut disembelih dan di kubur di pulau tersebut. Alhamdulilah setelah kejadian tersebut para pekerja tidak diganggu walaupun ada sedikit gangguan – gangguan namun tidak begitu parah. Sampai sekarang bangunan – bangunan pondok bagi wisatawan masih berdiri namun kurang terawat, sayang sekali.
Itulah sedikit cerita sisi lain dari pulau biawak ini, semoga bisa dijadikan sebagai bahan informasi yang berguna selepas cerita diatas percaya atau tidak allahualam, kita sebagai manusia harus tetap teguh beriman kepada Tuhan kita Yang Maha Kuasa .

Tidak ada komentar: