Menguak sisi lain P. biawak - Indramayu
Ketika kita mendengar kata Pulau Biawak
pasti sudah terlintas dalam benak kita tentang sesosok hewan seperti
Komodo yang banyak berkeliaran di pulau tersebut.
Pulau Biawak merupakan salah satu pulau yang mempunyai ciri khas hewan “Biawak” (varanus salvator).


Pulau ini juga lebih dikenal dengan
sebutan “pulau rakit”, “pulau menyawak” atau “pulau bompyis” seiring
dengan kemajuan jaman pulau ini kini dikenal dengan pulau biawak.
Hewan ini “Biawak” banyak dijumpai di pulau tersebut, mungkin agak mirip – mirip Pulau Komodo kali yah

Pulau Biawak ini secara administratif
termasuk kedalam wilayah Desa Pabean Ilir Kabupaten Indramayu, terletak
di lepas pantai laut jawa ± 40 km di sebelah utara pantai Indramayu pada
posisi 06°56’022’’ LS dan 108°22’015’’ BT. Dengan luas pulau ± 120 ha,
terdiri dari ± 80 ha Hutan bakau dan ± 40 ha hutan pantai / darat.
Pulau biawak ini dikategorikan dalam “virgin forest”
dikarenakan pulau tersebut memang masih benar – benar asri dan terjaga
walaupun akhir – akhir ini sudah mulai adanya ancaman dari ulah manusia
yang tidak bertanggung jawab.
Terakhir saya kesana penjaga pulau
tersebut adalah Bapak Sumanto dan Bapak La Anang mereka hanya berdua
untuk menjaga pulau seluas ini.
Namun dibalik dari keindahan dan keelokan pulau tersebut saya akan sedikit cerita tentang sisi lain dari pulau tersebut ;
Pada masa pemerintahan belanda pulau ini
telah dibuat Mercusuar yang gunanya sebagai petanda bagi hilir mudiknya
perahu belanda. Mercusuar ini sekarang telah berumur 138 tahun dibangun
pada masa pemerintahan Z.M. WILLEM III pada tahun 1872, sampai sekarang
mercusuar ini masih kokoh berdiri walaupun telah berapa kali mengalami
perbaikan pada anak tangganya yang telah keropos dimakan oleh jaman dan
masih berfungsi sebagai petanda bagi para nelayan atau pun kapal
lainnya.




Mercusuar Z.M. Willem III 1872
Mercusuar ini terdiri dari ribuan anak
tangga dengan tinggi kurang lebih sekitar 65 meter, dengan lampu suar
bertenaga surya. Mercusuar ini berbahan baja yang sangat kuat dan kokoh.
Jangan salah Mercusuar ini sebenarnya dibuat oleh nenek moyang kita,
nenek moyang kita yang mengerjakan Mercusuar ini. Menurut penjaga pulau
biawak kaca pada mercusuar ini sering pecah akibat tersambar petir.
Ada cerita mengenai populasi hewan biawak
di pulau ini, menurut penjaga pulau biawak “Bpk Sumanto” hewan biawak
disini bukan biawak biasa diantaranya adalah ada salah satu kelompok
biawak yang dulunya biawak tersebut asuhan dari nyonya belanda penghuni
pulau ini dan sekarang masih ada tetapi jarang dijumpai atau mistis, ada
perbedaan dengan biawak yang lazimnya biawak asuhan nyonya belanda ini
menurut beliau mempunyai ciri corak kalung berbeda dilehernya. Populasi
biawak di pulau ini kurang lebih sekitar 300 ekor.

Setiap pagi hewan biawak ini hilir mudik
mencari makan tak sedikit biawak yang muncul dan biawak – biawak ini
seolah – olah sudah berteman baik dengan manusia tetapi jangan salah
kalau kita mengganggu mereka pasti marah juga.
Jenis biawak di pulau ini merupakan
biawak air (varanus salvator). Tiap pagi penjaga pulau biawak ini
memberi makan ikan, kata beliau biawak – biawak ini sudah beliau anggap
anak sendiri.
Di pulau ini juga terdapat beberapa makam
belanda dan syeh diantaranya adalah makam Syeh Syarif Hasan. Syeh Sarif
Hasan ini menurut pak sumanto merupakan orang Cirebon yang menyebarkan
agama islam di wilayah jawa barat beliau sering bertapa di pulau ini.
Ada juga beberapa makam belanda yang
sampai saat ini belum dikenal, mungkin dulunya yang menjaga pulau
tersebut. Maka sudah tak jadi cerita ketika teman – teman yang pernah
kesini ada yang merasakan mistisnya. Pulau ini juga sering dijadikan
sebagai tempat pesugihan bagi para manusia yang sesat, yang ingin sukses
dengan jalur iblis. Menurut masyarakat indramayu di pulau biawak ini
sering dijadikan tempat ritual biasanya disebut “ngiwe” atau jalur kiri.
Ada pula jalur kanan. Kata warga sekitar jika mengambil jalur “ngiwe”
maka syaratnya lebih berat tetapi hasilnya cepat dan cepat pula habisnya
walaupun hasilnya telah habis tetapi “wadal” atau Tumbal nya masih
tetap berjalan sedangkan jalur kanan syaratnya ringan hasilnya sama
namun dapatnya lama, entah apa arti semua itu. Juru kunci untuk hal
demikian ada di Indramayu kota sudah banyak orang indramayu maupun orang
luar Indramayu yang telah melakukan hal tersebut. Penjaga pulau biawak
hanya bisa menasihati sebelum mereka melakukan niatnya tersebut tetapi
menurut penjaga pulau tersebut kebanyakan mereka bertekad bulat dan
jarang yang mempan untuk mengurungkan niatnya.
Hal berikutnya yaitu mengenai sesosok
hewan kepiting, menurut penjaga pulau ini ada hewan kepiting yang
ukurannya sekitar 30 cm dan berjalan sangat lamban. kepiting ini
dilarang untuk ditangkap ataupun diganggu apalagi dikonsumsi karena
kepiting ini bukan kepiting biasa “mistis” tak jarang pengunjung dapat
bisa bertemu dengan kepiting ini, mitosnya jika kita bertemu dengan
kepiting ini maka kita akan mendapat rejeki kelak.
Ada suatu cerita dari Bpk. Sumanto beliau
pernah melihat sesosok ular raksasa yang menurut beliau adalah ular
tersebut jelmaan dari Pusaka Dewi Nawang Wulan, pusaka tersebut minta
diberikan tempat. maka pak. Manto pun memberikan suatu tempat yaitu
pembersihan suatu lokasi sebagai tempat pusaka tersebut sampai sekarang
tempat tersebut masih terjaga dan sosok ular tersebut sudah tidak pernah
muncul lagi.
Ada hal unik lainnya di pulau ini yaitu
tentang keberadaan sumur yang airnya berwarna merah darah, konon menurut
pak. Manto sumur ini dulunya tidak seperti ini, dulu kata beliau sumur
ini pernah dijadikan tempat ritual seseorang namun ritual tersebut gagal
entah karena hal apa dengan kejadian tersebut tak lama kemudian sumur
ini airnya berubah menjadi merah. Setelah beberapa tahun sumur ini
menampakan warna air yang merah ternyata pak. Manto suatu ketika belum
lama ini memperoleh mimpi untuk menetralkan sumur tersebut, menurut
beliau saya telah membersihkan sumur tersebut dari semak belukar dan
pohon – pohon besar, tak lama kemudian setelah beberapa bulan berjalan
sumur ini telah kembali berwarna jernih, kata beliau sumur ini telah
bisa untuk dijadikan tempat ritual kembali.

Sumur Keramat
Ada satu cerita lagi ketika KKLD Pulau
Biawak ini akan dibangun, pada saat itu para pekerja bangunan dating
dengan membawa peralatan serta bahan bangunan. Namun sebelum itu pak.
Manto telah mendengar gerombolan jin penunggu pulau biawak ini tertawa
dan bertepuk tangan seraya berkata “akan banyak daging kita” di pinggir
pantai namun para pekerja tidak mengetahui hal tersebut, lalu pak manto
menyuruh para pekerja itu balik lagi ke pelabuhan agar membawa hewan
kambing untuk ritual, tidak sembarangan untuk membuat bangunan di pulau
ini karena pulau ini masih kuat sisi gaibnya. Lalu para pekerja pulang
kembali padahal mereka belum mengerjakan apapun di pulau itu, setelah
itu para pekerja bangunan serta mandor dating dengan membawa seekor
kambing untuk ritual dan kepala kambing tersebut disembelih dan di kubur
di pulau tersebut. Alhamdulilah setelah kejadian tersebut para pekerja
tidak diganggu walaupun ada sedikit gangguan – gangguan namun tidak
begitu parah. Sampai sekarang bangunan – bangunan pondok bagi wisatawan
masih berdiri namun kurang terawat, sayang sekali.
Itulah sedikit cerita sisi lain dari
pulau biawak ini, semoga bisa dijadikan sebagai bahan informasi yang
berguna selepas cerita diatas percaya atau tidak allahualam, kita
sebagai manusia harus tetap teguh beriman kepada Tuhan kita Yang Maha
Kuasa .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar